Hubungan Olahraga

Posted: April 1, 2010 in kuliah
Tags:

hubungan olahraga dengan politik1    Hubungan olahraga dengan politik
Ketika pada Piala Dunia 1990 Maradona diangkat oleh Presiden Menem sebagai duta resmi Argentina, maka sang legenda sepak bola Argentina itu menjadi symbol konkret identifikasi antara olahraga dan politik. Pertalian erat antara  olahraga dan politik bukanlah sesuatu yang baru. Bahkan, bukan hanya dengan  politik. Sebab olahraga memiliki multimakna; sosial, ekonomi, politik atau ideologi, dan kesehatan.
Diktator Adolf Hitler juga pernah memanfaatkan Federasi Sepak Bola (DFB) untuk  propaganda politik Nazi. Dia mengatakan, ”Orang besar adalah pelari marathon sejarah”. Diktator lainnya, Bennito Mussolini, merasa penting dirinya ditampilkan dalam pose-pose olahraga, seperti sedang bermain anggar, tenis, atau naik kuda. Sebab, menyitir I Bambang Sugiarto (2000), bagi Mussolini, seorang politikus sejati haruslah serentak merupakan simbol kejantanan sportif. Sedangkan bagi kaum sosialis, olahraga adalah manifestasi penting semangat ideal kolektivisme yang rasional dan higienis.
Jadi, dari pertalian antara olahraga dan politik atau ideologi, sudah tampak betapa olahraga dalam peradaban modern, bukan lagi sekadar kegiatan yang netral, melainkan kental sekali kandungan multimakna itu.
Tulisan ini memfokuskan diri pada sepakbola, dengan lebih menitikberatkan pada politik, terutama politik demokratik. Artinya, sepakbola bukan sekadar olahraga, melainkan telah lama menjadi alat politik sekaligus inspirasi dan pembelajaran dalam berpolitik. Dengan kata lain, sepakbola dalam perkembangannya bukan hanya sebagai alat politik atau legitimasi politik kekuasaan –seperti diktator Franco di Spanyol yang konon pernah memanfaatkan klub sepak bola Real Madrid sebagai alat legitimasi kekuasaannya, Mussolini pada Piala Dunia 1934 yang memaksakan Piala Dunia harus dilaksanakan di Italia dan klubnya harus ‘menang atau mati’, atau seperti Hitler di atas– tetapi juga sebagai media pembelajaran politik demokratik, terutama yang bertalian dengan politisi dan konstituennya.
Sepakbola dan demokrasi
Bila dilihat lebih dalam, sepakbola memang mengajarkan banyak hal tentang politik, strategi memenangkan pertarungan politik, dan keterlibatan publik di dalamnya, atau yang biasa disebut demokrasi. Dalam demokrasi, yang didahulukan adalah kepentingan umum atau kepentingan bersama, kemudian barulah kepentingan pribadi atau kelompok. Tujuan utama demokrasi adalah menciptakan ruang bagi terciptanya keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Demikian juga dalam sepakbola, sebagai sebuah permainan tim. Dalam sepakbola, yang diutamakan adalah kebersamaan sebagai sebuah tim, setelah itu pribadi. Pertandingan sepakbola antar bangsa, misalnya, yang didahulukan adalah kepentingan dan kehormatan bangsa dan negara, kemudian baru kepentingan pribadi atau klub. Apabila dalam politik, partai politik adalah arena atau lapangan politik milik rakyat dalam membangun demokrasi, maka dalam sepakbola, lapangan hijau menjadi “lapangan politik” milik rakyat untuk membangun kepentingan bersama. Dalam hal ini, sepakbola dapat mengajarkan bagaimana seharusnya sebuah pementasan arena politik partai dan para pendukungnya dalam menjalankan tugas politiknya, yakni fair play.

2    Hubungan olahraga dengan ekonomi
Hingga saat ini, tampaknya masih ada opini yang mengatakan bahwa kegiatan olahraga cenderung menghambur-hamburkan uang. Bahkan ada analisis yang tendensius, daripada untuk kegiatan olahraga yang jutaan bahkan milyaran rupiah lebih baik digunakan untuk mengentaskan kemiskinan rakyat yang masih sekitar 140 juta. Pendapat dan analisis yang demikian tentu sah-sah saja.
Tetapi benarkah olahraga hanya menghabiskan uang ? Tidakkah ada revenue yang bisa diharapkan dari kegiatan olahraga ? Mungkinkah terjadi multiplier effect dari sebuah kegiatan olahraga? Pertanyaan seperti itu memang agak sulit dijawab secara pasti, jika saja tidak ada bukti-bukti yang mendukungnya.
Bahwa untuk melakukan pembinaan olahraga membutuhkan dana yang tidak sedikit saya kira adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri. Ketika suatu negara atau daerah menyelenggarakan sebuah event olahraga, mungkin sekali banyak dana yang digunakan untuk membiayainya. Tetapi sangat boleh jadi kegiatan olahraga juga mampu mendorong tumbuhnya ekonomi, dan bahkan mendatangkan keuntungan langsung seperti Olympiade Los Angeles 1984, yang nyata nyata panitia mendapat keuntungan sebesar $ 223 juta dolar. Olympiade Los Angeles merupakan olympiade pertama yang menerapkan pendekatan logika ekonomi melalui sport business. Pernyataan tersebut memberikan bukti bahwa olahraga apabila dikelola secara profesional dapat mendatangkan keuntungan ekonomi disamping nonekonomi. Itulah sebabnya mengapa banyak negara yang berebut untuk menjadi tuan rumah suatu event olahraga seperti Asian Games, Olympic Games, Piala Dunia ( sepakbola) dan Piala Eropa. Oleh karena itu, saya ingin melihat hubungan olahraga dan ekonomi sebagai hubungan yang bersifat resiprokal. Artinya, olahraga mempengaruhi ekonomi dan ekonomi mempengaruhi olahraga.
Dalam banyak kasus memang kita jumpai bahwa negara yang secara ekonomi maju, maka perkembangan olahraganya juga mengalami kemajuan yang sangat berarti. Lihatlah bagiamana perkembangan olahraga di Amerika, Australia, Perancis, Inggris, Jepang, dan sebagainya yang telah berkembang begitu pesat. Dari segi prestasi, terutama dalam Olympic Games , sejumlah negara tersebut telah menempatkan dirinya di papan atas. Dari segi perspektif tingkat kesehatan masyarakat yang diukur dari angka kematian bayi, angka harapan hidup, dan sebagainya, negara-negara maju juga lebih unggul.
Sungguhpun demikian, tidak berarti prestasi tinggi hanya terjadi pada negara-negara yang secara ekonomi lebih maju. Brasil secara ekonomi barangkali jauh di bawah negara-negara maju seperti Perancis, Jerman, dan Italia. Ditinjau dari GDP per capita, Brasil hanya US$ 7,037, sementara ketiga negara tersebut masing-masing adalah US$ 22,897, US$ 23,742, dan US$ 22,172. Sebuah perbedaan yang sangat signifikan, karena lebih dari tiga kali lipat. Akan tetapi, Brasil memiliki tradisi prestasi sepakbola yang lebih tinggi dibandingkan ketiga negara tersebut. Apa yang ingin saya katakan disini adalah bahwa untuk membangun olahraga tidak harus menunggu negara kita maju atau secara ekonomi sejajar dengan negara-negara maju. Justru yang perlu di dorong adalah bagaimana olahraga dijadikan sebagai salah satu instrumen untuk membangun ekonomi.
Beberapa hasil riset menunjukkan bahwa tingginya partisipasi masyarakat dalam olahraga, ternyata tidak hanya mengurangi anggaran kesehatan yang dikeluarkan pemerintah, tetapi pada sisi yang lain juga meningkatkan produktivitas. Peningkatan partisipasi dalam olahraga hingga 25 % (angka semula 33% dari penduduk yangs ecara reguler melakukan olahraga) dapat mengurangi biaya kesehatan sekitar $ 778 juta dolar atau sekitar 6,6 trilyun rupia. Selain itu juga menstimulasi produktivitas 1-3 % , dari setiap 2-5 $ dolar yang diinvestasikan. Sementara anggaran yang digunakan untuk menstimulasi kegiatan olahraga tersebut hanya $ 191 juta dolar atau sekitar 1,6 trilyun rupiah (B.Kidd,World Summit on Physical Education,1999).
Studi di Austraia juga menunjukkan bahwa layanan olahraga dan rekreasi dapat menghasilkan pendapatan nasional sebesar AUD $4,8 milyar pertahun, AUD $ 4 milyar dihasilkan dari penjualan produk olahraga dan rekreasi; dan sektor ini menyumbang AUD$ 1,2 milyar terhadap GOP (Pereira,2004).
Fakta lain juga menunjukkan bahwa olahraga memiliki kontribusi yang signifikan pada upaya mengurangi pengangguran. Data di Inggris menyebutkan bahwa kegiatan olahraga menyediakan lebih banyak lapangan kerja dibanding industri mobil, pertanian, nelayan, dan industri makanan.

3    Hubungan olahraga dengan hiburan
Dalam memahami arti pendidikan jasmani, kita harus juga mempertimbangkan hubungan antara bermain (play) dan olahraga (sport), sebagai istilah yang lebih dahulu populer dan lebih sering digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu para guru atau masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmani secara lebih konseptual.
Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.
Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif.
Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yang terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang terlibat.
Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain; karena aspek kompetitif teramat penting dalam hakikatnya.
Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari bermain maupun dari olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak juga harus selalu seimbang di antara keduanya. Sebagaimana dimengerti dari kata-katanya, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang memiliki tujuan kependidikan tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan penjas dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain dan olahraga, meskipun keduanya selalu digunakan dalam proses kependidikan.
Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan.     Misalnya, olahraga profesional (di Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak punya misi kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga. Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama.

4    Hubungan olahraga dengan perdamaian dunia
International Olympic Committee (IOC) digelari status sebagai pengawas oleh PBB dalam pelaksanaan Sidang Umumnya, hari ini (20/10). Keputusan ini diambil sebagai langkah memberikan kontribusi kepada usaha IOC untuk memenuhi Millennium Development Goals PBB.  Dengan menggunakan olahraga sebagai media, IOC dan rekan-rekannya telah melaksanakan beragam aktivitas ke hampir penjuru dunia dalam berbagai bidang seperti bantuan kemanusiaan, misi perdamaian, pendidikan, persamaan gender, masalah lingkungan dan perlawanan terhadap HIV/AIDS.
Dengan gelar ini, IOC mempunyai wewenang untuk hadir dalam semua Sidang Umum PBB dengan kapasitas sebagai pengawas yang bertugas untuk memromosikan olahraga di berbagai tingkat. Daftar pengawas terpilih PBB sangatlah eksklusif, di mana yang terpilih adalah organisasi yang independen dan non pemerintahan seperti contoh Palang Merah.
“Ini merupakan pengakuan luar biasa akan peran olahraga yang bisa memberikan kontribusi lebih baik pada perdamaian dunia”, kata Presiden IOC, Jacques Rogge. “Nilai-nilai olympik jelas sekali mempunyai persamaan dengan filosofi PBB. Keputusan hari ini mempererat hubungan antara IOC dan PBB” tambahnya. IOC telah berjuang bersama dengan PBB melalui anak-anak organisasinya dan asosiasi lain di seluruh dunia demi kepentingan generasi muda dan komunitasnya.
Rogge berterima kasih pada Mario Pescante, Wakil Presiden IOC dan Ketua Komisi Hubungan Internasional IOC, melalui pemerintahan Italia, menyarankan proposal IOC sebagai pengawas kepada PBB. Atas nama nama Presiden IOC, Mario Pescante yang tengah berada di New York, ditemani oleh anggota IOC, Anita DeFrantz dan YM Pangeran Albert II Putra Mahkota Monako yang mengepalai delegasi Monako pada Sidang Umum PBB, diberikan kesempatan untuk menyampaikan pidatonyat: “Mengundang International Olympic Committee untuk turut mengambil bagian pada kerja PBB, Sidang Umum mengakui simbol Pergerakan (Movement) yang membela perkembangan manusia secara ideal dan mempromosikan lingkungan yang damai, yang mengacu pada pemeliharaan harga diri manusia.”
Sidang Umum PBB  juga mengadopsi Olympic Truce Resolution dari olimpiade musim dingin Vancouver 2010 dan paralympic Games, yang akan dilaksanakan pada 12-18 Februari dan 12-21 Maret 2010. Melalui resolusi ini, PBB mengundang para negara anggota untuk mengamati sekaligus mempromosikan perdamaian pada sebelum, selama berlangsungnya dan setelah event selesai sebagai usaha untuk melindungi kepentingan atlet serta olahraga secara umum dan turut berkontribusi melalui olahraga untuk mencari solusi damai dan diplomatis untuk konflik di dunia.
Dengan judul “Building a peaceful and better world through sport and the Olympic ideal”, resolusi tersebut diperkenalkan ole Kanada atas nama IOC. Dokumen tersebut juga mengacu pada Youth Olympic Games yang akan diselenggarakan untuk pertama kalinya pada tanggal 14-26 Agustus 2010 di Singapura, dengan membawa tujuan untuk menginspirasi generasi muda di seluruh dunia untuk mengadopsi dan hidup berdasarkan nilai-nilai olympism.
Presiden IOC Jacques Rogge berkata: “Dukungan luas untuk resolusi ini berbicara tidak hanya sebagai simbol nilai tapi juga untuk potensi praktisnya. Hari ini IOC dan anak organisasinya mengambil tanggung jawab dalam bentuk beragam inisiatif pada tingkat lokal, nasional, regional dan dunia untuk mempromosikan dan memperkuat budaya perdamaian yang berdasar pada semangat Olympic Truce – yang sering berkolaborasi dengan anak organisasi PBB dan rekan-rekannya”.
Contoh luar biasa untuk proyek lokal yang berakar pada program terbaru dari Panitia Penyelenggara Vancouver 2010 (VANOC), yang bertujuan untuk memperluas nilai-nilai olympism seperti friendship dan respect melalui undangan terbuka “Make Your Peace”. Diharapkan inisiatif ini bisa mendorong individu untuk menciptakan perdamaian dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan rumah, sekolah, kerja dan dalam komunitasnya yang berdasarkan ada perdamaian abadi dimulai dari tingkat lokal.

5    Hubungan olahraga dengan suku
Suku adalah bagin dari sesuatu. Suku juga bisa setara dengan marga, seperti suku batak. Di Sumatera Barat, suku merupakan sebutan untuk bagian-bagian dari suku Minang seperti suku Sikumbang dan lain-lain. Hubungan olahraga dengan suku- suku adat yang berada di indonesia,juga bisa dipengaruhi oleh kebudayaannya.
Di Indonesia, saat ini masih terdapat beberapa macam olahraga tradisional yang sudah turun- temurun dari nenek moyang kita. Sebagai contoh adalah Gasing, egrang, gobak sodor dan masih banyak lagi. Kita seharusnya melestarikan permainan atau olahraga tradisional tersebut agar tidak habis dimakan zaman. Tiap daerah mempunyai cirri khas dalam cara permainan diatas. Sehingga, jika kita bermain gasing di yogyakarta, maka akan berbeda pula dengan permainan gasing di daerah Kalimantan.

6    Hubungan olahraga dengan agama
Seorang yang soleh pada zaman dahulu pernah berkata bahwa didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, dan di dalam jiwa yang kuat terdapat iman yang mantap.jelas sudah jika kita memiliki tubuh sehat kita akan mudah untuk memiliki iman mantap,bagaimana kita bisa melaksanakan ibadah dengan sempurna jika kita dalam keadaan sakit tentunya kualitas ibadah kita juga akan berkurang . kesehatan itu sendiri dapat kita peroleh salah satunya dengan berolah raga. maka sesungguhnya olah raga berperan sangat penting bagi kita apalagi dalam melaksanakan ibadah sehari-hari.
Dalam berolahraga kita harus melaksanakan setiap gerakan dengan tertib atau beraturan, agar tidak terjadi cidera atau keram otot pada saat pelaksanaan.begitu juga pada saat kita melaksanakan ibadah kita harus melaksanakannya dengan tertib agar ibadah kita sah/diterima oleh Allah SWT.
Agama islam dan olahraga memiliki korelasi atau hubungan dengan olahraga dikarenakan setiap olahraga selalu mengedapankan sportifitas yang tak lain sangat berhubungan erat dengan kejujuran, kejujuran sangat perlu ditanamkan dalam setiap insan olahraga demi menjaga citra sportif dalam setiap pertandingan.Olahraga juga harus memilik insan-insan yang bertakwa dan beriman dikarenakan semua kegiatan olahraga terutama dicabang-cabang tertentu memerlukan kejujuran, selain kejujuran diperlukan rasa tanggung jawab dalam setiap hal.Olahraga berkaitan dengan ibadah karena kita berolahraga agar badan sehat dan jika bedan sehat kita dapat menjalankan ibadah dengan baik, sehingga kita tidak hanya memikirkan keadan jasmaniah saja tetapi juga rohaniah seperti kata orang bijak “mensana in corporesano” yan artinya didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.Dan agma merupakan penyeimbang dari olahraga karena tidak mungkin kita hanya memuaskan hasrat untuh berolahra tetapi agama digunakan untuk memuaskan hasrat dalam mendekatkan diri kepa ALLAH SWT, sebagai tuhan yang telah menciptakan kita yang telah memberikan badan yang sehat, keterampilan dan kemampuan khusus sebagai penunjang kita dalam berolahraga

Comments
  1. vico says:

    gak ad ya kk yang hubungan olahraga dengan media?

Leave a comment